Aku bertanya kepada diriku sendiri, mengapa aku diberikan akal, hati, pikiran, kalbu, dan perasaan dan akal ku tajam, hatiku peka, pikiranku berjalan sesuai kehendakku, dan perasaan ynag sangat sensitif? Semua adalah karunia Allah yang ada dalam diriku, sehingga karena itu semua aku dapat merasakan apa yang dinamakan cinta kasih. Setidaknya aku masih merasakan kasih sayang Allah karena karuniaNya aku dapat memiliki perasaan indah itu kepada orang lain.
Setiap langkah yang ku jalani, setiap nafas yang kuhembuskan, dan setiap degup jantungku semua penuh dengan rasa cinta kasih yang teramat sangat. Karena cinta juga aku menjadi semangat dalam mempersiapkan masa depan yang terbaik dan dapat kunikmati bersama dengan istri dan anak-anakku kelak. Sungguh semua ini kupersiapkan untuk seseorang yang aku cinta kelak.
Semua pengakuan ini kuungkapkan karena sudah tak ada ruang lagi di hatiku untuk menyimpan semua ini. Hatiku sudah penuh oleh cinta. Tanpa kusadari aku mulai menyenangi anak-anak kecil, entah mengapa naluri kebapakan ku timbul. Bisa jadi karena aku mencintai seseorang yang menyayangi anak kecil, sehingga akupun ikut menyenangi anak kecil. Peristiwa hari itu membuat naluri kebapakan ku timbul, ku jadi ingin menyentuh anak itu lalu aku sentuh dia dan mengajaknya bercanda, sebagaimana layaknya seorang paman kepada keponakannya.
Kurenungkan, mengapa pada anak orang lain saja aku bisa sayang? Apalagi pada anakku sendiri kelak. Tentunya aku akan lebih menyayangi anakku sendiri, karena dia adalah darah dagingku dan aku mencintai ibunya karena dia adalah belahan jiwaku. Ibunya kucintai dan anaknya kusayangi serta mereka berdua mencintai dan meyayangiku sebagai suami dan ayah mereka. Sungguh sebuah karunia yang besar dari Allah. Walaupun di pundakku tanggung jawab yang besar sebagai seorang suami dan ayah, tentu akan kuterima dengan ikhlas dan senang hati. Karena dengan tulus kuberikan cinta dan kasih sayang pada mereka. Aku akan bekerja keras demi menghidupi istri dan anakku, semua itu kulakukan dengan tulus dan penuh cinta. Pekerjaan seberat apapun kulakukan demi memberi mereka tempat tinggal dan makanan yang layak dan halal. Kan kudidik anakku dengan ajaran agama dan pendidikan yang layak hingga dia menjadi seorang yang berguna bagi dirinya sendiri, agama, negara.
Kurenungkan semuanya, dan semuanya berawal dari kerja keras yang kulakukan dan kujalani sekarang.
Aku berusaha untuk kuliah dengan baik sehingga membuahkan hasil yang baik pula, lalu melamar pekerjaan hingga mendapatkan pekerjaan yang layak. Setelah itu aku menikah dengan wanita yang aku cinta dan kuridhoi agama nya hingga aku dapat hidup tenteram. Kusayangi dia, kucintai dia, dan kuberikan seluruh kasih sayang, curahan perhatian, dan apapun yang membuatnya bahagia tanpa memberatkanku hingga akhirnya dia melahirkan keturunanku. Anakku yang kusayangi takkan pernah kekurangan perhatian dan kasih sayang dari aku sebagai ayahnya dan dia sebagai ibunya. Sejujurnya dalam hati ini, terdapat limpahan dan curahan cinta kasih yang teramat sangat besar. Namun mengapa aku belum dapat memberikannya kepada orang-orang yang aku cintai. Ah mungkin belum waktunya saja. Jangankan untuk memberikan cinta kasih, pelabuhan cintaku saja belum kutemukan.
Aku menginginkan kesucian dan kehormatan. Dalam membina cinta kasih tentu aku harus menjaga kehormatan dan kesucian orang yang aku cintai. Meskipun kini aku hanya mampu menjadi sahabatnya saja tiada lebih, tp kupastikan dia merasakan kasih sayangku. Karena ku tau, ini bukan saat yang tepat untukku mengutarakan isi hatiku kepadanya. Semua akan berjalan seperti biasa, krna ku belum siap tuk memikul tanggung jawab yang besar. Semua kan terlewati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar