Kalau boleh aku bertanya, apakah diriku adalah sosok manusia yang dapat menentramkan hati orang lain? Apakah aku adalah lelaki yang baik ? bagaimanakah pendapat orang lain tentang diriku? Apakah positif atau negatif? Yang jelas aku benar-benar tidak tau bagaimanakah sebenarnya diriku ini. Apa pantas aku dikatakan manusia. Terkadang memikirkan perasaan sendiri dapat terungkap banyak sekali kekurangan dalam diri. Sampai kini aku belum menemukan jawaban pasti.
Kucari jati diri, kucari tau siapa diriku, apa tujuanku, dan bagaimana aku menjalaninya. Semua ini kulakukan demi satu hal, menjadikan diri lebih baik dan semakin baik. Itulah jawaban yang aku dapat dari pencarianku dalam relung hati. Lalu bagaimanakah menjadikan diri lebih baik dan semakin baik? Tentunya ini membutuhkan waktu untuk mencarinya, namun seberapa lamapun membutuhkan waktu aku akan tetap mencarinya. Kumulai dengan menggali dari apa saja yang telah terjadi dalam hidupku selama ini.
Jika aku mengingat dan mengungkit masa lalu, kulihat sosok lelaki ini masih bayi. Bayi yang tanpa dosa dan masih menyimpan banyak harapan dan cita-cita dalam hidupnya di masa yang akan datang. Bayi yang riang dan selalu tersenyum pada banyak orang yang menyapanya. Bayi yang tidak pernah memiliki beban pikiran sedikitpun, namun selalu menyimpan angan dan pengharapan yang tinggi. Bayi ini tumbuh besar hingga mencapai usia anak-anak. Masa masa ini digunakan untuk bermain dan belajar dengan baik. Anak ini beranjak menuju masa remaja awal. Saat itu remaja ini selalu ingin tau apapun yang dia lihat dan dia rasakan. Rasa ingin taunya selalu berkembang mengikuti lingkungan di sekitarnya.
Dia mulai terlibat masalah. Masalah-masalah ini membuatnya berpikir dewasa hingga ia memiliki prinsip hidup. Prinsip hidup ini selalu dia pertahankan padahal hampir semua teman sebayanya selalu menentang prinsip hidup yang dia pegang teguh itu. Sampai masa remaja akhir, masa beranjak dewasa ia masih mempertahankan prinsip hidupnya karena dia begitu yakin dengan apa yang selama ini dia pertahankan. Ia selalu yakin masa depan dan pengharapannya dapat dicapai dengan kerja keras yang dirintisnya sejak masa remaja awal akan berbuah manis. Dia adalah aku.
Aku selalu berpikir dan tidak pernah berhenti memikirkan masa depanku. Sejujurnya aku begitu khawatir dengan apa yang akan terjadi kelak jika aku tidak memperjuangkan ini sejak awal. Aku ingin menjadi sosok lelaki yang dikatakan berhasil dalam hal-hal yang selalu aku perjuangkan. Aku berjuang demi masa depanku yang lebih baik.
Mungkin aku telah mengalami berbagai kegagalan yang teramat sangat menyakitkan. Namun kusadari sepenuhnya itu adalah jalan hidupku. Meskipun menyakitkan aku tidak pernah ragu untuk melangkah. Ini hanya sebagian kecil dari panjangnya jalan hidupku. Aku sangat menyadari, semua yang kuperjuangkan saat ini bukan hanya untukku,tetapi juga untuk orang-orang disekelilingku.
Cinta, adalah sesuatu yang indah bagi setiap insan yang hidup di muka bumi. Begitu juga denganku. Aku juga memiliki perasaan yang indah ini. Hanya saja hingga kini aku belum pernah merasakan bagaimana rasanya dicintai, dirindukan, dikhawatirkan, diperhatikan, dan berbagi kasih sayang dengan orang yang diharapkan. Aku hanya merasakan bagaimana rasanya mencinta seseorang. Mungkin belum saatnya, tetapi mengapa sampai kini bagi diriku dikatakan belum saatnya sedangkan orang yang usianya dibawahku sudah merasakannya? Aku tak tau, sungguh aku tak tau. Terkadang aku merasa sakit hati dan gundah jika melihat orang lain dapat saling berbagi rasa dengan orang yang dicintai. Masa-masa indah itu belum aku rasakan. Terkadang aku bertanya pada diriku sendiri, mengapa aku begini apakah aku tak pantas dicintai, sedangkan aku selalu merasa hati ini penuh dengan kasih sayang dan cinta kasih yang siap untuk kuberikan pada seseorang yang kuharapkan. Sekali lagi pertanyaan itu kulemparkan tetap saja jawabnya tak tau. Terkadang perasaan ingin berbagi ini selalu menggodaku. Berbagai ungkapan cinta dan perasaan sangat aku ketahui, namun sepertinya belum saatnya aku merasakan hal-hal seperti itu. Muncul perasaan kesal terhadap diriku, namun untuk apa aku sesali. Tidak ada yang harus aku sesali. Ini hanya proses, suatu hari nanti akan kurasakan semua masa-masa indah itu.
Ada hikmah dibalik semua ini. Setidaknya aku tau makna memperjuangkan masa depan. Aku memperjuangkan semuanya demi diriku dan orang-orang yang kucintai. Allah mengetahui semua yang ada dalam diriku, termasuk apa yang ada dalam hatiku. Hati yang penuh dengan rasa cinta, kasih sayang, dan perhatian ini akan jatuh kepada gadis yang benar-benar beruntung dan mencintaiku sepenuh hatinya. Mungkin ini hanya membutuhkan waktu saja. Sesungguhnya perjuangan yang kujalani saat ini dilandasi oleh rasa cinta. Aku tak ingin memberikan kebahagiaan yang semu tetapi sangat ingin memberikan kebahagiaan sejati pada orang yang aku cinta. Memang pedih saat ini aku belum memiliki kekasih. Tetapi aku tau, ini hanya sementara. Setelah proses perjuangan ini kulalui maka akan kurasakan juga apa yang dinamakan dicintai. Kini aku hanya bisa berharap, berdoa, dan berusaha agar semua yang aku harapkan dapat terlaksana. Andai saja ada yang tau, bahwa sesungguhnya aku belum bernah berpacaran dengan seorang gadispun tetapi dia juga tau bahwa aku memiliki hati yang penuh cinta kasih yang sangat besar. Sungguh beruntung kelak gadis yang akan mencintaiku jika tau bahwa aku belum pernah memberikan seluruh hatiku pada gadis lain. Aku berharap dapat mencintai dan dicintai sepenuh hati oleh gadis yang baik hati, cantik dari fisik maupun kepribadiannya, taat beragama, pandai, dan menghormati orang tuanya. Sebenarnya sudah ada seorang gadis yang kuharapkan untuk kumiliki dan memenuhi semua kriteria yang kusebutkan, namun aku tak tau apakah dia mau mencintaiku sepenuh hatinya. Aku tak berani untuk mendekatinya karena aku tau pasti diriku belum pantas untuk mendampinginya untuk saat ini, aku belum berhasil dalam perjuanganku. Masih banyak yang harus aku perbaiki dan kubenahi dalam hidupku. Perjuanganku belum selesai, karena aku berjuang bukan hanya untuk masa depanku tetapi untuk masa depannya juga.
Andaikan saja dia tau jika aku mencintainya dan dia tau jika perjuanganku ini untuk masa depannya juga. Selama ini aku mencoba untuk mendekati beberapa orang gadis yang kurasakan hatiku tertarik, namun baru kali ini aku menemukan seorang gadis yang cocok dengan kriteria yang aku inginkan.
Tetapi semua itu akan kudapatkan setelah aku berhasil menyelesaikan apa yang saat ini sedang aku jalani. Memang tidak mudah namun inilah yang dinamakan perjuangan. Jika orang lain berkata, berjuang dalam mendapatkan cinta dengan cara memberikan perhatian pada gadis yang disuka atau dengan cara-cara lain yang lebih agresif, tetapi aku memasukkan perjuangan mendapatkan cinta ke dalam perjuangan membangun masa depan yang lebih baik. Bukan aku tak mau memberikan perhatian dan kasih sayangku pada orang yang kuinginkan namun ku tau pasti semua itu ada saatnya. Bila saatnya telah tiba bukan hanya kasih sayang dan perhatian saja yang akan dia rasakan dariku, tetapi semua yang belum pernah dia rasakan akan dirasakannya karena aku akan memberikan lebih banyak dari yang dia kira. Kuyakini dia akan sangat mencintaiku dan lebih mencintaiku bila dia sudah merasakan apa yang kuberikan nanti. Namun saat ini aku hanya bisa menanamkan image padanya bahwa aku adalah sosok lelaki yang baik dan selalu berpikir ke depan serta mampu menyelesaikan masalah. Kutanamkan image itu bukan hanya untuk mengesankan bahwa aku ini orang baik, tetapi juga untuk menanamkan benih-benih cinta yang sedang kupupuk dalam hatinya. Image itu bukan hanya isapan jempol, namun inilah wujud nyata diriku dan karakterku yang sesungguhnya. Aku berusaha agar tidak ada kebohongan antara aku dan dia. Karena aku tahu, dia adalah gadis yang baik.
Pembicaraannya denganku hari itu semakin meyakinkan aku bahwa dia adalah wanita yang sangat ideal untuk menjadi pendampingku. Sedikit kusinggung padanya bahwa aku merindukan dirinya, dia hanya tertawa lepas. Ku tau pasti dia gadis yang baik dan aku tak mau menodai kebaikannya dengan tingkah bodohku. Saat dia mengajakku ke rumahnya malam ini dengan syarat membawa seorang teman, aku menolaknya dengan halus. Aku beralasan tak enak dengan orang tuanya dan merasa canggung bila aku datang ke rumahnya malam-malam. Dengan penolakanku, kuharap dia tau bahwa aku adalah seorang lelaki yang memiliki adab dan sopan santun. Kuharap dia merasakan apa yang aku rasakan, betapapun aku merindukannya, tetapi aku masih memiliki self control. Aku kan tetap menjadi diriku sendiri, tetap menjaga kaidah yang telah kubuat sendiri. Gadis yang baik harus mendapatkan lelaki yang baik juga dan aku berusaha untuk menjadi lelaki yang baik dan penuh tanggung jawab serta kasih sayang.
Rabu, 10 Agustus 2011
Semua Kan Terlewati
Aku bertanya kepada diriku sendiri, mengapa aku diberikan akal, hati, pikiran, kalbu, dan perasaan dan akal ku tajam, hatiku peka, pikiranku berjalan sesuai kehendakku, dan perasaan ynag sangat sensitif? Semua adalah karunia Allah yang ada dalam diriku, sehingga karena itu semua aku dapat merasakan apa yang dinamakan cinta kasih. Setidaknya aku masih merasakan kasih sayang Allah karena karuniaNya aku dapat memiliki perasaan indah itu kepada orang lain.
Setiap langkah yang ku jalani, setiap nafas yang kuhembuskan, dan setiap degup jantungku semua penuh dengan rasa cinta kasih yang teramat sangat. Karena cinta juga aku menjadi semangat dalam mempersiapkan masa depan yang terbaik dan dapat kunikmati bersama dengan istri dan anak-anakku kelak. Sungguh semua ini kupersiapkan untuk seseorang yang aku cinta kelak.
Semua pengakuan ini kuungkapkan karena sudah tak ada ruang lagi di hatiku untuk menyimpan semua ini. Hatiku sudah penuh oleh cinta. Tanpa kusadari aku mulai menyenangi anak-anak kecil, entah mengapa naluri kebapakan ku timbul. Bisa jadi karena aku mencintai seseorang yang menyayangi anak kecil, sehingga akupun ikut menyenangi anak kecil. Peristiwa hari itu membuat naluri kebapakan ku timbul, ku jadi ingin menyentuh anak itu lalu aku sentuh dia dan mengajaknya bercanda, sebagaimana layaknya seorang paman kepada keponakannya.
Kurenungkan, mengapa pada anak orang lain saja aku bisa sayang? Apalagi pada anakku sendiri kelak. Tentunya aku akan lebih menyayangi anakku sendiri, karena dia adalah darah dagingku dan aku mencintai ibunya karena dia adalah belahan jiwaku. Ibunya kucintai dan anaknya kusayangi serta mereka berdua mencintai dan meyayangiku sebagai suami dan ayah mereka. Sungguh sebuah karunia yang besar dari Allah. Walaupun di pundakku tanggung jawab yang besar sebagai seorang suami dan ayah, tentu akan kuterima dengan ikhlas dan senang hati. Karena dengan tulus kuberikan cinta dan kasih sayang pada mereka. Aku akan bekerja keras demi menghidupi istri dan anakku, semua itu kulakukan dengan tulus dan penuh cinta. Pekerjaan seberat apapun kulakukan demi memberi mereka tempat tinggal dan makanan yang layak dan halal. Kan kudidik anakku dengan ajaran agama dan pendidikan yang layak hingga dia menjadi seorang yang berguna bagi dirinya sendiri, agama, negara.
Kurenungkan semuanya, dan semuanya berawal dari kerja keras yang kulakukan dan kujalani sekarang.
Aku berusaha untuk kuliah dengan baik sehingga membuahkan hasil yang baik pula, lalu melamar pekerjaan hingga mendapatkan pekerjaan yang layak. Setelah itu aku menikah dengan wanita yang aku cinta dan kuridhoi agama nya hingga aku dapat hidup tenteram. Kusayangi dia, kucintai dia, dan kuberikan seluruh kasih sayang, curahan perhatian, dan apapun yang membuatnya bahagia tanpa memberatkanku hingga akhirnya dia melahirkan keturunanku. Anakku yang kusayangi takkan pernah kekurangan perhatian dan kasih sayang dari aku sebagai ayahnya dan dia sebagai ibunya. Sejujurnya dalam hati ini, terdapat limpahan dan curahan cinta kasih yang teramat sangat besar. Namun mengapa aku belum dapat memberikannya kepada orang-orang yang aku cintai. Ah mungkin belum waktunya saja. Jangankan untuk memberikan cinta kasih, pelabuhan cintaku saja belum kutemukan.
Aku menginginkan kesucian dan kehormatan. Dalam membina cinta kasih tentu aku harus menjaga kehormatan dan kesucian orang yang aku cintai. Meskipun kini aku hanya mampu menjadi sahabatnya saja tiada lebih, tp kupastikan dia merasakan kasih sayangku. Karena ku tau, ini bukan saat yang tepat untukku mengutarakan isi hatiku kepadanya. Semua akan berjalan seperti biasa, krna ku belum siap tuk memikul tanggung jawab yang besar. Semua kan terlewati.
Setiap langkah yang ku jalani, setiap nafas yang kuhembuskan, dan setiap degup jantungku semua penuh dengan rasa cinta kasih yang teramat sangat. Karena cinta juga aku menjadi semangat dalam mempersiapkan masa depan yang terbaik dan dapat kunikmati bersama dengan istri dan anak-anakku kelak. Sungguh semua ini kupersiapkan untuk seseorang yang aku cinta kelak.
Semua pengakuan ini kuungkapkan karena sudah tak ada ruang lagi di hatiku untuk menyimpan semua ini. Hatiku sudah penuh oleh cinta. Tanpa kusadari aku mulai menyenangi anak-anak kecil, entah mengapa naluri kebapakan ku timbul. Bisa jadi karena aku mencintai seseorang yang menyayangi anak kecil, sehingga akupun ikut menyenangi anak kecil. Peristiwa hari itu membuat naluri kebapakan ku timbul, ku jadi ingin menyentuh anak itu lalu aku sentuh dia dan mengajaknya bercanda, sebagaimana layaknya seorang paman kepada keponakannya.
Kurenungkan, mengapa pada anak orang lain saja aku bisa sayang? Apalagi pada anakku sendiri kelak. Tentunya aku akan lebih menyayangi anakku sendiri, karena dia adalah darah dagingku dan aku mencintai ibunya karena dia adalah belahan jiwaku. Ibunya kucintai dan anaknya kusayangi serta mereka berdua mencintai dan meyayangiku sebagai suami dan ayah mereka. Sungguh sebuah karunia yang besar dari Allah. Walaupun di pundakku tanggung jawab yang besar sebagai seorang suami dan ayah, tentu akan kuterima dengan ikhlas dan senang hati. Karena dengan tulus kuberikan cinta dan kasih sayang pada mereka. Aku akan bekerja keras demi menghidupi istri dan anakku, semua itu kulakukan dengan tulus dan penuh cinta. Pekerjaan seberat apapun kulakukan demi memberi mereka tempat tinggal dan makanan yang layak dan halal. Kan kudidik anakku dengan ajaran agama dan pendidikan yang layak hingga dia menjadi seorang yang berguna bagi dirinya sendiri, agama, negara.
Kurenungkan semuanya, dan semuanya berawal dari kerja keras yang kulakukan dan kujalani sekarang.
Aku berusaha untuk kuliah dengan baik sehingga membuahkan hasil yang baik pula, lalu melamar pekerjaan hingga mendapatkan pekerjaan yang layak. Setelah itu aku menikah dengan wanita yang aku cinta dan kuridhoi agama nya hingga aku dapat hidup tenteram. Kusayangi dia, kucintai dia, dan kuberikan seluruh kasih sayang, curahan perhatian, dan apapun yang membuatnya bahagia tanpa memberatkanku hingga akhirnya dia melahirkan keturunanku. Anakku yang kusayangi takkan pernah kekurangan perhatian dan kasih sayang dari aku sebagai ayahnya dan dia sebagai ibunya. Sejujurnya dalam hati ini, terdapat limpahan dan curahan cinta kasih yang teramat sangat besar. Namun mengapa aku belum dapat memberikannya kepada orang-orang yang aku cintai. Ah mungkin belum waktunya saja. Jangankan untuk memberikan cinta kasih, pelabuhan cintaku saja belum kutemukan.
Aku menginginkan kesucian dan kehormatan. Dalam membina cinta kasih tentu aku harus menjaga kehormatan dan kesucian orang yang aku cintai. Meskipun kini aku hanya mampu menjadi sahabatnya saja tiada lebih, tp kupastikan dia merasakan kasih sayangku. Karena ku tau, ini bukan saat yang tepat untukku mengutarakan isi hatiku kepadanya. Semua akan berjalan seperti biasa, krna ku belum siap tuk memikul tanggung jawab yang besar. Semua kan terlewati.